maka di penghujung siang, namamu bertamu.
dan penat terbuang ke sudut benak kala jemari bertaut
bersama rasa yang tak perlu kata.
pun hanya sekejap mimpi,
tak luput berbayang meski dalam senyum tersaput.
sepotong hati, yang kini tak (lagi) kumiliki.
sekumpulan catatan acak dari momen-momen dan situasi yang juga acak. semoga berkenan :)
Friday, September 30, 2011
[malam ini]
dan kenangmu luruh bersama tiap tetes hujan yang runtuh,
menanti sepi usai menggayuti.
ah, mungkin nanti;
esok pagi.
menanti sepi usai menggayuti.
ah, mungkin nanti;
esok pagi.
Monday, September 26, 2011
[hujan 130311]
lalu seiring rintik yang turun,
aku bersembunyi antara kata-kata
yang malu pada waktu
karena tak kunjung berubah kisahnya.
aku bersembunyi antara kata-kata
yang malu pada waktu
karena tak kunjung berubah kisahnya.
Tuesday, September 20, 2011
[tak]
serinai hujan rintik dari langit kala mata kita terpaut.
ah kekasih, cinta tak lebih dari ini;
sedetik yang tak pernah berhenti.
tapi waktu tak bisa tertipu; tak sudi ia menunggu
dan aku hanya sepotong kelu yang mengikat lidahmu.
ah kekasih, cinta tak lebih dari ini;
sedetik yang tak pernah berhenti.
tapi waktu tak bisa tertipu; tak sudi ia menunggu
dan aku hanya sepotong kelu yang mengikat lidahmu.
Friday, September 16, 2011
[hujan 220711]
bisakah kau jatuh seperti tetes yang runtuh,
hingga menggenang dan leleh ke sudut-sudut hati
kala malam menjemput dan membawamu ke tempatmu terpaut,
sisakan sepotong benakmu untukku
walau mungkin esok pagi,
kau tak bisa datang lagi.
bisakah kau jatuh seperti tetes yang runtuh,
menyelesaikan mimpi yang tak pernah utuh
bisakah kau jatuh seperti tetes yang runtuh,
mengisi tiap sudut harap yang terbangun rapuh.
saat matamu terpejam, luangkan sekedip untuk bayangku di lelapmu
walau mungkin esok pagi,
aku cuma jadi seberkas mimpi.
hingga menggenang dan leleh ke sudut-sudut hati
kala malam menjemput dan membawamu ke tempatmu terpaut,
sisakan sepotong benakmu untukku
walau mungkin esok pagi,
kau tak bisa datang lagi.
bisakah kau jatuh seperti tetes yang runtuh,
menyelesaikan mimpi yang tak pernah utuh
bisakah kau jatuh seperti tetes yang runtuh,
mengisi tiap sudut harap yang terbangun rapuh.
saat matamu terpejam, luangkan sekedip untuk bayangku di lelapmu
walau mungkin esok pagi,
aku cuma jadi seberkas mimpi.
Friday, September 9, 2011
[bukan aku]
pram, aku bukan si peri yang menari bersama pagi.
jika ada yang bertanya, katakan saja
kau pernah terlelap dalam pelukanku,
sekali waktu saat bulan berwarna biru
dan kausebut nyanyianku seindah bul-bul.
dan kala malam,
jika rindu diam-diam menggodamu dengan percakapan yang akrab dan lalu,
bernyanyilah pram,
dan lupakan mataku yang dulu kausebut kalbu.
kan kuhirup nafas dalam-dalam,
mengembus lepas rindumu yang sesak di dadaku.
esok pagi,
menarilah bersama peri, pram.
("how" from lisa loeb playing in the background)
jika ada yang bertanya, katakan saja
kau pernah terlelap dalam pelukanku,
sekali waktu saat bulan berwarna biru
dan kausebut nyanyianku seindah bul-bul.
dan kala malam,
jika rindu diam-diam menggodamu dengan percakapan yang akrab dan lalu,
bernyanyilah pram,
dan lupakan mataku yang dulu kausebut kalbu.
kan kuhirup nafas dalam-dalam,
mengembus lepas rindumu yang sesak di dadaku.
esok pagi,
menarilah bersama peri, pram.
("how" from lisa loeb playing in the background)
[tanpamu]
ada sepotong senyummu yang kusimpan.
kerling mata menanti;
tak akan mungkin lagi.
maka langkah kuayun,
kembali pulang ke tanpamu.
kerling mata menanti;
tak akan mungkin lagi.
maka langkah kuayun,
kembali pulang ke tanpamu.
Thursday, September 8, 2011
[dalam pagi]
akulah si pemimpi yang tak panjang akal;
menari di tepi,
tidur beralaskan semu.
berlari,
berlari aku dari
tanpa pernah tahu ke mana menuju.
aku yang bersembunyi dari mentari,
justru dalam pagi.
menari di tepi,
tidur beralaskan semu.
berlari,
berlari aku dari
tanpa pernah tahu ke mana menuju.
aku yang bersembunyi dari mentari,
justru dalam pagi.
[sia]
mengapa meminta cahaya pada malam?
selaras sinar tak sempat tersimpan kala matamu terang.
dan pada detik yang terentang,
selama itu pula aku menanggung bebanmu.
selaras sinar tak sempat tersimpan kala matamu terang.
dan pada detik yang terentang,
selama itu pula aku menanggung bebanmu.
Wednesday, September 7, 2011
[kelabu]
kelabu ini menyelimuti.
tak lekang sudut-sudut tersembunyi,
terliputi.
dan aku mencuri sepotong mimpimu di siang tanpa nama.
tapi di ujung kelabu ada senja,
meruap langit merah-jingga.
dan cuma desahmu yang terdengar,
kala namaku hilang ditelan malam.
tak lekang sudut-sudut tersembunyi,
terliputi.
dan aku mencuri sepotong mimpimu di siang tanpa nama.
tapi di ujung kelabu ada senja,
meruap langit merah-jingga.
dan cuma desahmu yang terdengar,
kala namaku hilang ditelan malam.
[tengkar]
kisah ini tentang kata, tentang masa.
dan kau terpaku pada bulir-bulir embun yang ia simpan sampai senja.
dan kau terpaku pada bulir-bulir embun yang ia simpan sampai senja.
Monday, September 5, 2011
[tuk laut]
matamu laut, kembara aku di dalamnya;
terbuai senandung ombak menderu pantai,
meski sadar terlalu jauh tuk membuang sauh.
temui aku, saat bulan penuh, saat orang berkata ombak kan pasang
aku akan berdiri
mencoba menyentuhmu dengan lidah ombak
akan kucarimu saat pasang datang;
di antara irama ombak yang menyapu satu-satu,
kutemukan denyut nadimu.
aku arus sungai yang menuju lautmu,
mencuri sehembus angin meski tahu tak pernah mungkin berlabuh.
dan bersama laju alirmu,
aku lebur dalam gelap yang tenang mendekap.
(thanks to skee for the second verse.)
terbuai senandung ombak menderu pantai,
meski sadar terlalu jauh tuk membuang sauh.
temui aku, saat bulan penuh, saat orang berkata ombak kan pasang
aku akan berdiri
mencoba menyentuhmu dengan lidah ombak
akan kucarimu saat pasang datang;
di antara irama ombak yang menyapu satu-satu,
kutemukan denyut nadimu.
aku arus sungai yang menuju lautmu,
mencuri sehembus angin meski tahu tak pernah mungkin berlabuh.
dan bersama laju alirmu,
aku lebur dalam gelap yang tenang mendekap.
(thanks to skee for the second verse.)
Subscribe to:
Posts (Atom)